“There’s a river in my dreams, flowing endlessly to you …”
-River in my Dreams, Incognito-
Ada sungai kecil di perut Anak Beruang. Airnya bening dan tidak dalam. Siapapun dapat melihat ikan dan batu-batu di bawah permukaannya. Dasarnya pun dapat disentuh dengan telapak kaki. Sungai kecil di perut Anak Beruang tak pernah gelap, sebab matahati yang seperti matahari tak pernah lelah menyinarinya.
Ada sungai kecil di perut Anak Beruang. Setiap hari ia mengalir tanpa khawatir, mengalur menuturi alur yang menuntunnya tanpa catatan. Ke manapun sungai itu melintas, Anak Beruang tak pernah ragu. Ia percaya kearifan semesta selalu membawa sungai kecil di perutnya ke tempat-tempat yang seharusnya.
Pagi ini sungai kecil di perut Anak Beruang melintasi kaki gunung. Anak Beruang merasa senang ketika Ibu Pemetik Teh bercermin dan mencuci tangan sambil menyenandungkan lagu teduh bernotasi “da mi na ti la da”. Suara Sang Ibu liris seperti bau daun teh yang merebak dari keranjangnya. Anak Beruang ingin ikut menyanyi. Tetapi ia hanya bisa menggeram. Maka ia memilih diam saja mendengarkan.
Selanjutnya, sungai kecil di perut Anak Beruang mengalir ke padang rumput. Sekawanan domba yang digiring anak gembala mengerumuninya, meminum air dengan tergesa karena kehausan. Anak Beruang merasa geli. Ia terkikik sendiri karena perutnya seperti digelitiki.
Sungai kecil di perut Anak Beruang mengalir dan mengalir gembira. Ia menyapa batu kali, bermain dengan kupu-kupu, dan berlari mengejar lebah yang terbang-terbang sambil berdengung. Hingga tak terasa, sungai kecil di perut Anak Beruang sampai ke dalam rimba yang mencekam. Di sana gemericiknya jadi bergema seperti suara raksasa.
Anak Beruang tak menyukai bagian ini. Tapi ia membiarkan sungai kecil di perutnya melintasi rimba tersebut. “Jangan khawatir, kearifan semesta membawamu ke tempat-tempat yang seharusnya,” kata Anak Beruang sambil mengusap-usap perutnya sendiri.
Sungai kecil di perut Anak Beruang mengalir diam-diam; melewati harimau yang mengincar anak kelinci, melewati gadis muda yang duduk sendirian di atas atas pohon. Di antara semak, seorang pria mengintai membawa senapan. Ketika seekor rusa datang melompat-lompat untuk minum air di sungai kecil …. DOR !!!!
Sekejap saja darah rusa hanyut terbawa air sungai. Sungai kecil di perut Anak Beruang tak lagi bening. Anak Beruang menangis ketakutan, tapi tak sedikit pun kehilangan keyakinan pada alur yang menuntunnya tanpa catatan. “Jangan berhenti mengalir, sungai kecil, jangan berhenti,” pesan Anak Beruang sambil mengusap-usap perutnya yang gelisah.
Didayung waktu dan ditemani matahati, sungai kecil di perut Anak Beruang terus mengalir dan mengalir. Lalu malam mengistirahatkannya di suatu tempat yang tentram dan aman.
Ada laut besar di perut Ayah Beruang. Airnya biru dan sangat dalam. Butuh keahlian dan peralatan khusus untuk menyentuh dasarnya. Dan butuh keberanian untuk mengarunginya. Tetapi sungai kecil di perut Anak Beruang tak pernah takut pada laut besar. Ia tahu laut besar akan merengkuh dan memperkenalkannya kepada asin. Menjaganya dari perasaan tak aman. Membersihkannya dari segala yang terbawa oleh alir perjalanan.
Laut besar di perut Ayah Beruang berhati bulan purnama.
Ia tidak mengalir ke mana-mana karena tahu sungai kecil di perut Anak Beruang akan berenang menemuinya …
To papa with lots of love and gratitude =)
Sundea
3 komentar:
Suka serial Anak Beruang, De. Lucu.
#mamabee suka baca anak beruang dan papaberuang ini, \(^__^)/
Makasih, ya, Mamabee, salam buat Bumbee Mikaila dan Papa Bon =)
Posting Komentar